KEPRIRADIAN PADA MASA AWAL DEWASA

 Dengan berakhirnya masa remaja maka proses perkembangan individu di-anggap selesai, dan masyarakat memandangnya sebagai orang dewasa. Tetapi kadang-kadang terjadi ketergantungan anak remaja diperpanjang dan melam-paui usia belasan tahun karena tetap mempertahankan ikatan emosional dengan keluarga dan karena pendidikan bertahun-tahun diperlukan bagi karier usaha dan profesional. Pada umumnya, individu dianggap dewasa jika dia mulai bertanggung jawab untuk membentuk keluarga sendiri dan mampu memeliharanya secara otonom. Kriteria lain yang penting adalah mampu menyesuaikan diri secara memuaskan dengan pekerjaan.
Meskipun orang dewasa muda menghadapi sejumlah krisis yang mem-pengaruhi .perkembangan kepribadiannya dan beberapa di antara krisis-krisis tersebut menjadi penyebab utama tingkah laku abnormal, namun krisis-krisis itu lebih sering menjadi penyebab sekunder atau penyebab yang mempercepat gangguan-gangguan kepribadian yang terjadi kemudian. Individu yang menca-pai masa dewasa dengan perasaan aman dan percaya akan kemampuan-kemam-puannya sendiri mungkin akan mengalami kecemasan dan gangguan di tengah suatu krisis, tetapi dia akan menghadapinya secara realistik dan mengadakan penyesuaian din yang adekuat. Sebaliknya, orang dewasa muda yang memiliki perasaan tidak aman pada masa kanak-kanak atau remaja, atau ketidakmampuan menyesuaikan diri yang lain apabila menghadapi krisis yang sama mungkin cepat terkena oleh satu gangguan kepribadian, misalnya depresi, kecemasan yang berkepanjangan, atau gangguan psikosomatik.
Pacaran, Perkawinan, dan Menjadi Orang Tua
Penyesuaian diri dengan masalah-masalah pacaran dan perkawinan sebagian besar tergantung pada hubungan antarpribadi individu sebelumnya. Hal yang sangat penting adalah hubungan dengan orang tua. Cara dan keberhasilan indi-vidu dalam melaksanakan peran seksnya dalam hubungan dengan lawan seks lain adalah perkembangan langsung dari identifikasinya dengan orang tua sejenis dan orang tua tidak sejenis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor yang sangat diandalkan bagi keberhasilan dalam pacaran dan perkawinan adalah perkawinan bahagia dari pasangan suami-istri yang baru. Perkawinan sesungguhnya merupakan ujian kestabilan dan kematangan emosi. Dalam perkawinan yang bahagia, dua orang berbagi cinta dan kasih sayang dengan perasaan aman dan kreatif serta menghadapi masalah-masalah biasa dalam penyesuaian din yang akrab dengan cara yang realistik, fleksibel, dan saling memahami satu sama lain. Perkawinan yang tidak bahagia hams dipandang sebagai simtom kelemahan pribadi dalam masing-masing partner. Perkawinan yang tidak bahagia dapat memperkuat dan menyingkapkan gang-guan-gangguan kepribadian yang laten. Faktor-faktor utama yang mendasari ketidakmampuan menyesuaikan diri dalam perkawinan adalah kekurangan emosional pada masa kanak-kanak, keluarga retak, persiapan perkawinan yang  tidak matang untuk memenuhi tuntutan-tuntutan perkawinan secara fisik dan emosional, dan juga tanggung jawab sosio-ekonomis — banyak ibu yang bekerja (wanita karier) dan sebagainya.
Ketidakbahagiaan perkawinan terungkap pada ketidakmampuan menye-suaikan diri lebih lanjut, misalnya perkembangan penyakit psikosomatik, de-presi, kecemasan, ketidaksetiaan, alkoholisme, perlakuan yang kejam terhadap anak-anak. Faktor-faktor lain yang mungkin menambah rumit perkawinan dan menambah kesulitan emosional adalah ketidakmampuan untuk memperoleh anak (mandul), ketakutan dan perasaan bersalah mengenai hubungan seks da-lam perkawinan, kehamilan dan tanggung jawab sebagai orang tua, perbedaan harapan mengenai peran dalam perkawinan, campur tangan mertua, serta ke-tidakpastian mengenai keuangan. Perkawinan bahagia meningkatkan perasaan pemenuhan diri dan keamanan, memungkinkan suami-istri menangani masalah-masalah sehari-hari secara lebih efektif dan meningkatkan kesatuan keluarga yang menjamin perkembangan kebahagiaan bagi anak-anak.
Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
Sifat masyarakat yang sangat kompleks, berubah-ubah, dan yang berorientasi pada teknologi menimbulkan kesulitan bagi anak-anak muda dewasa dalam memilih pekerjaan. Pada umumnya, motivasi pemilihan pekerjaan dalam ma-syarakat kita dapat dijelaskan dalam beberapa cara. Individu yang telah menye-lesaikan pendidikan Perguruan Tinggi atau pendidikan Sekolah Menengah (atau tidak sempat menyelesaikannya) mencari pekerjaan sebagai sarana penunjang ekonomi dan dalam hal ini dia mencari pekerjaan tertentu yang mungkin di-pilihnya secara kebetulan. Dia tidak mau mencari kesempatan untuk berganti pekerjaan karena meningkatnya tanggung jawab di bidang keuangan (perka-winan terlalu cepat, masih tergantung pada orang tua, dan sebagainya), maka hasilnya mungkin tidak memuaskan, tidak dapat menggunakan kemampuan dengan sepenuhnya, mengalami perasaan rendah diri dan bersalah. Ketidak-puasan terus-menerus terhadap pekerjaan seperti itu menjadi penyebab sejum-lah gangguan kepribadian. Apabila pencari pekerjaan mau mengadakan perco-baan dan berganti-ganti pekerjaan serta tidak dibebani oleh tanggung jawab keuangan keluarga sampai dia menemukan pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuannya, maka penyesuaian diri dapat benar-benar memuaskan.

Apabila individu pandai memilih pekerjaan dan beranggapan bahwa ada kesempatan-kesempatan yang baik baginya di bidang pekerjaan tersebut, maka dia mungkin mendapatkan kepuasan dan pemenuhan diri pribadi. Pemilihan pekerjaan seperti itu kerap kali dibantu dengan menjalani tes psikologi dan wawancara konseling. Tetapi jika pemilihan itu dipaksakan kepada individu oleh tuntutan orang tua atau jika berdasarkan mekanisme kompensasi yang neurotik, maka penyesuaian diri dengan pekerjaan mungkin berkurang dan bisa menimbulkan gangguan-gangguan kepribadian. Penyesuaian diri yang memuaskan dalam pekerjaan dapat menjadi sumber perasaan aman dan ke-kuatan. Penyesuaian diri yang kurang memuaskan dalam pekerjaan dapat menjadi sumber frustrasi yang berkepanjangan dan menjadi penyebab dari gangguan kepribadian yang lebih berat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengondisian Operan - Pendekatan Behaviorisme

BIAS-BIAS DALAM PERSEPSI SOSIAL

Aspek-Aspek Identitas Sosial : Self