Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Sikap dan Perilaku

Gambar
Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya. Misalnya ketika kita tertarik pada kampanye salah satu partai politik maka kita mungkin akan memberikan suara pada pemilihan umum untuk partai politik tersebut. Wicker (1939) dalam Sears (1985:149-150) setelah melakukan serangkaian penelitian untuk menguji konsistensi sikap dan perilaku dalam masalah hubungan ras, kepuasan kerj a dan perilaku mencontek di kelas, mengemukakan kesimpulan bahwa lebih besar kemungkinan bahwa sikap lanAng atau hanya sedikit berhubungan dengan perilaku nyata daripada hubungannya dengan tindakan. Namun hal ini mendapatkan kritikan karena tidak sesuai dengan konsistensi sikap-perilaku. Seperangkat kondisi penting yang mempengaruhi konsistensi sikap adalah apakah sikap itu merupakan sikap yang kuat dan jelas. Ketidakkonsistenan justru timbul dari sikap yang lemah dan ambivalen. Hal yang dapat memperkuat sikap adalah pengalaman langsung individu di masa lalu yang berkaitan de

Teori Sikap

Gambar
Pendekatan belajar memandang sikap sebagai kebiasaan, seperti hal-hal lain yang dipelajari, prinsip yang diterapkan pada bentuk belajar lainnya juga menentukan pembentukan sikap. Teori insentif menyatakan bahwa jika seseorang mengambil sikap yang memaksimalkan keuntungan. Setiap sisi suatu masalah memiliki keuntungan dan kerugian dan individu akan mengambil sisi yang memberikan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan pendekatan kognitif menegaskan bahwa orang mencari keselarasan dan kesesuaian dalam sikap mereka dan antara sikap dan perilaku, Hal ini terutama menekankan penerimaan sikap yang sesuai dengan keseluruhan struktur kognitif seseorang (dalam Sears, 1985:144-148). (1)                 Teori Belajar dan Reinforcement Sikap dipelajari dengan cara yang sama seperti kebiasaan lainnya. Orang memperoleh informasi dan fakta-fakta, mereka juga mempelajari perasaan-perasaan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan fakta tersebut. Proses-proses dasar terjadinya belajar dapat diterapkan pada

Sikap

Gambar
Sikap menurut GW Allport (dalam Sears, dkk., 1985:137) adalah keadaan mental dan sarafdari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarh terhadap respons individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap terutama digambarkan sebagai kesiapan untuk menanggapi dengan cara tertentu dan menekankan implikasi perilakunya. Sedangkan Krech & Crutchfield (dalam Sears, dkk., 1985:137) yang sangat mendukung perspektif kognitif mendefinisikan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dan proses motivasional, emosional, perceptual dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu. Beberapa pendapat tentang sikap antara lain (dalam Dayakisni, 2006:113): a. Sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik itu bersifat positif maupun negatif dalam hubungannnya dengan obyek-obyek psikologis (Thurstone). b. Sikap merupakan suatu prediposisi mental untuk melakukan suatu tindakan (Kimball Young, 1945). c. Sikap sebagai predisposisi yang dipel

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SOSIAL

Gambar
Menurut Harvey & Smith (dalam Wibowo, 1988:2.10) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi sosial yaitu: a. Variabel Obyek — Stimulus. b. Variabel Latar dan Suasana yang mengiringi kehadiran obyek —stimulus. c. Variabel Perseptornya sendiri. Dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Variabel Obyek - Stimulus Karakteristik atau ciri-ciri yang melekat pada obyek persepsi dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap obyek itu sendiri. Misalnya kita menangkap obyek-stimulus melalui indera penglihatan, ini disebut sebagai persepsi visual. Sedangkan persepsi auditif adalah jika obyek-stimuli-nya adalah melalui indera pendengaran. Persepsi sosial menjangkau lebih jauh yakni emosi, sifat dan juga motif yang melandasi perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, kepribadian serta watak seseorang. Dalam persepsi ini apa yang akan dipersepsikan adalah tergantung pada petunjuk-petunjuk yang tertangkap oleh penginderaan kita seperti gerak-gerik, ekspresi wajah, cara duduk dan lain-lainnya. Melalu

Persepsi Sosial

Gambar
Pengertian Pengetahuan kita tentang seseorang serta harapan kita atas orang-orang lain pertama kali ditentukan oleh kesan yang kita bentuk dan mereka. Pandangan sepintas pada potret seseorang atau pada seseorang yang lewat selintas di hadapan kita akan memberikan gambaran tentang manusia yang bagaimana orang itu, atau mendengar nama saja kita cenderung untuk menggambarkan atau membayangkan seperti apakah pemilik nama itu. Jika dua orang bertemu walau hanya sekejap, mereka saling membentuk kesan satu sama lain. Dalam hubungan selanjutnya, mereka akan membentuk kesan yang lebih mendalam yang menentukan perilaku mereka satu sama lain, apakah mereka akan sering bekerja sama dan sebagainya. Sebagai makhluk sosial kehadiran orang lain memiliki peran dalam kehidupan kita, sehingga kadang kita memerlukan waktu untuk memahami apa yang mereka inginkan, apa yang mereka lakukan, apa yang mereka sukai atau tidak mereka sukai, bagaimana perilaku mereka sekarang dan nanti, dan sebagainya. Kadang peni

SUMBER-SUMBER YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN KE-SALAHAN DALAM KOGNISI SOSIAL

Gambar
1. BIAS NEGATIVITAS Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan informasi negative akan menonjol dalam ingatan kita dan karenanya debandingkan dengan informasi yang positif, satu informasi yang negative akan memberikan pengaruh yang lebih kuat. Hal inilah yang disebut sebagai bias negativitas (negativity bias) yaitu hal yang mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar pada informasi negatif daripada informasi positif (Kunda, 1999 dalam Baron & Byrne, 2004:91). Sebagai contoh ketika sedang tertarik dengan seseorang, maka Anda memperoleh informasi bahwa orang tersebut menyenangkan, baik, pintar, ramah, sangat menarik secara fisik dan seterusnya. Namun ada sate informasi negatif yaitu bahwa dia sangat pemilih dalam berteman. Maka kemungkinan informasi inilah yang melekat dalam ingatan, membayangkan betapa orang tersebut sombong, hanya mau berteman dengan orang kaya, dan lain-lainnya. Mengapa hal ini dapat terjadi? Hal ini dapat dipahami dan perspektif ev

HEURISTIK DAN PEMROSESAN OTOMATIS

Gambar
HEURISTIK Kognisi kita memiliki keterbatasan. Ketika terlalu banyak informasi yang masuk maka dalam kondisi tersebut bisa terjadi kejenuhan informasi (information overload) dimana tuntutan pada sistem kognitif lebih besar daripada yang bisa diolah. Kejenuhan informasi adalah suatu keadaan dimana pengolahan informasi kita telah berada di luar kapasitas kemampuan yang sesungguhnya (Baron & Byrne, 2004:85). Strategi yang digunakan untuk melebarkan kapasitas kognitif ini harus memenuhi dua persyaratan, yaitu harus menyediakan cara yang cepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi sosial dalam jumlah yang banyak dan hams dapat digunakan-harus berhasil.  Salah satunya adalah melakukan heuristik (heuristic) yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti. Cara lain untuk mengatasi fakta bahwa dunia sosial bersifat kompleks, sementara kapasitas pemrosesan informasi kita terbatas adalah dengan melak