Sikap dan Perilaku
Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya. Misalnya ketika kita tertarik pada kampanye salah satu partai politik maka kita mungkin akan memberikan suara pada pemilihan umum untuk partai politik tersebut. Wicker (1939) dalam Sears (1985:149-150) setelah melakukan serangkaian penelitian untuk menguji konsistensi sikap dan perilaku dalam masalah hubungan ras, kepuasan kerj a dan perilaku mencontek di kelas, mengemukakan kesimpulan bahwa lebih besar kemungkinan bahwa sikap lanAng atau hanya sedikit berhubungan dengan perilaku nyata daripada hubungannya dengan tindakan. Namun hal ini mendapatkan kritikan karena tidak sesuai dengan konsistensi sikap-perilaku. Seperangkat kondisi penting yang mempengaruhi konsistensi sikap adalah apakah sikap itu merupakan sikap yang kuat dan jelas. Ketidakkonsistenan justru timbul dari sikap yang lemah dan ambivalen. Hal yang dapat memperkuat sikap adalah pengalaman langsung individu di masa lalu yang berkaitan de